Awal kisah perjuanganku bermula saat aku berusia 10
tahun, saat itu aku menduduki kursi kelas empat sekolah dasar. Cerita ini akan
diawali dengan cerita menyedihkan seorang anak yang mendapatkan hasil rapot
dengan nilai rendah di dalamnya. Caci dan maki ayahku sampai sekarang masih
mengiang dalam benakku. Anak tolol,
bodoh, dan bego. Bagiku makian
itu sangat membekas dan menjadi cambuk energi yang begitu dahsyat.
Kesempatan berikutnya aku mencoba
untuk lebih baik, berjuang dan terus belajar agar hasil rapot berikutnya tidak
lagi menuai cacian seperti yang aku alami sebelumnya.
“Walaupun kamu ayah maki bodoh, jika
kamu berusaha maka makian itu akan menjadi kebalikannya” begitu kira-kira
nasihat ayah padaku, saat itu aku lupa bagaimana dia bisa mengucapkan kalimat
itu dengan bahasa sederhana namun begitu berarti bagiku jika aku ingat sekarang
ini. Sekarang di masa aku tumbuh lebih dewasa dan akan melangkah ke arah
pendidikan yang lebih tinggi. Aku ingin menjadi seorang mahasiswa ITB, walaupun
sebenarnya aku pesimis karena aku bukan orang jenius yang sering diceritakan
teman-teman tentang kehebatan mahasiswa ITB yang jenius itu. Walaupun aku
mendapatkan rangking pertama di kelas, tapi aku tetap bukan orang jenius.
“Ternyata anak ITB nggak sejenius
yang kita kira” ucapnya terkekeh, Dodi menceritakan kisahnya tentang
petualangannya di Bandung dan kebetulan harus menginap di masjid Salman ITB,
dia bilang sempat bertemu beberapa mahasiswa ITB disana.
“Maksudnya?” tanya anak-anak
serempak termasuk aku yang turut antusias mendengar celotehnya, anak ini memiliki
IQ lebih tinggi namun nilainya biasa saja di kelas, bahkan tidak masuk rangking
10 besar, tapi mimpinya selalu tinggi dan optimis. Semoga saja dia tidak
terjatuh dari mimpinya. Kembali lagi tentang ITB sekarang.
“Ya, mereka tidak jenius, bahkan aku
bertemu seorang mahasiswa ITB yang sedang kerepotan membawa sebungkus balon di
kantong polybagnya. Aku mengajarinya
agar polybag itu tidak terus terseret
angin” jelasnya sambil terkekeh. Baginya itu mudah saja, tinggal memasukkan
batu sebagai pemberat dalam kantong maka selesai sudah kantong itu mungkin
tidak harus tergeser angin lagi dan terbang. Anak-anak pun terkekeh mendengar
ending ceritanya.
“Jangan pesimis, kamu bisa masuk
ITB” ucapnya menepuh bahuku, aku hanya tersenyum padanya. Anak itu memberikan
motivasi dan membuatku dapat mengalahkan rasa pesimisku, aku juga bisa masuk
ITB tanpa harus menjadi jenius.
“Usaha kamu lebih banyak dari pada
aku” ucapnya lagi sebelum pergi keluar kelas.
***
Teknik Fisika, aku memimpikan itu di
ITB. Seandainya aku mewujudkan mimpi itu maka hal pertama yang aku lakukan
adalah bersyukur, percaya dengan nasihat ayahku dan kemudian temanku yang
mengabarkan bahwa mahasiswa ITB tidak semuanya jenius karena seorang sepertiku
dapat menjadi mahasiswa ITB juga, ingat aku tidak jenius.
Yang akan aku lakukan adalah belajar
dengan lebih tekun, meningkatkan kreatifitasku dan tentu saja aku berusaha
menjadi jenius setelah semua proses yang aku alami. Bukankah banyak yang
memimpikan ITB sebagai kampusnya, lantas mengapa aku harus mnyia-nyiakan
kesempatan ketika aku sudah berhasil mewujudkan mimpi itu, aku akan melakukan
hal-hal yang lebih baik yang belum aku lakukan untuk ITB.
Kemudian setelah lulus dari ITB aku akan mengepakkan
sayapku, terbang dengan segala keberanian dalam ketinggian mimpi yang lebih
tinggi dari sebelumnya, menghilangkan rasa takutku akan jatuh karena aku akan
memiliki sayap ilmu yang akan membuatku melayang setinggi mungkin untuk meraih
mimpi, padahal mimpi yang tinggi itu hanya sebuah hal yang sederhana. Aku ingin
membuat sesuatu yang luar biasa untuk bangsa Indonesia, sederhana bukan? Ya B.J
Habiebie yang mengajarkan aku, aku berasal dari bangsaku dan harus kembali
untuk mengabdi pada bangsa dan negaraku suatu saat nanti saat aku sudah
menghasilkan sesuatu, menciptakan pesawat terbang ataupun menciptakan perubahan
untuk teknologi yang lebih maju lagi. Itu tugasku setelah lulus dari ITB jika
aku akhirnya dapat menjadi mahasiswa ITB.
***
Rangkaian cerita yang sederhana,
mimpi indah yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan anak muda penerus bangsa,
hanya yang ingin aku sampaikan lewat tulisanku, lewat cerita yang aku kemas
sedemikian rupa dari kisah nyata yang aku berikan sentuhan sedikit fiksi di dalamnya
adalah jangan terlalu pesimis seperti diriku sebelumnya, menganggap kejeniusan
adalah hal yang menonjol dan menakutkan padahal orang yang belajar dengan
sungguh-sungguh adalah orang jenius sebenarnya. Jangan memiliki mimpi tinggi
kalau tidak pernah kamu kejar, dan yang terpenting jangan menyia-nyiakan
kemampuanmu sebenarnya dan mengatakan tidak bisa, cobalah! siapa tahu dirimu
adalah seorang yang jenius.
Lebarkan sayapmu, terbanglah
keangkasa dan kamu tidak perlu lagi takut akan terjatuh, jangan remehkan
nasihat siapapun atau celotehan sekecil apapun, beberapa celoteh sederhana
mengandung makna yang bisa dipelajari. Tapi itu hanya terkadang, jadi jangan
terlalu banyak berceloteh jika tidak mencobanya segera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar